Berdamai dengan gawai

Berdamai Dengan Gawai
Oleh: Meilita Rimadhani, S.Pd.I
“Ayah, tadi di sekolah aku jadi kucing. Aku punya 6 kumis, aku pakai telinga kucing… Ayah… main ini yuk…”
“ade’.. tunggu ya, Ayah harus kirim imel ini.. nah, ini kamu main pakai Hp Ayah dulu ya.. main yang tenang” Ayah pun kembali bekerja…
Pernahkah kita dapati cuplikan situasi di atas?
Bunda,, Ayah.. tugas rumah kita atau juga pekerjaan di kantor tentu membutuhkan perhatian untuk segera dituntaskan. Sementara itu, ada sepasang mata penuh tatapan harap agar kita juga meluangkan banyak kesempatan bermain dengannya. Buah hati yang dititipkan Alloh punya hak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Mungkin kita menganggap bahwa mengenalkannya dengan gawai, sekedar untuk mengalihkan perhatian atau untuk membuat ananda tenang dan nyaman dapat menjadi solusi. Sayangnya kini ananda cenderung lebih tertarik bermain gawai daripada berinteraksi dengan kita atau lingkungannya.
O .. Owwww.. berarti,, perlu sekali kita berdamai dengan gawai, mari siasati kecenderungan atau bahkan ketergantungan ananda ini dengan 10 kesungguhan :
1. Sungguh-sungguh memaknai peran kita sebagai ORANGTUA.
Sebagai tempat curhatnya ananda, sebagai tempat bermanjanya ananda, sebagai teman yang paling memahami ananda, sebagai tempat ternyamannya ananda berinteraksi. Bukan untuk ditakuti dan dijauhi. Bangunlah kedekatan emosi dengan ananda agar proses tumbuh kembangnya pun semakin optimal.
2. Sungguh-sungguh MEMUNAJATKAN DOA kepada Alloh agar ananda dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Alloh lah pemilik hati, dan Dia jualah yang dapat melunakan hati siapa saja yang dikehendaki, tidak salah donk,, bila kita meminta bantuanNya.. ^_^
3. Sungguh-sungguh menjadi TELADAN.
Ananda masih dalam tahap meniru, maka… alangkah baik bagi Ayah dan Bunda untuk juga mengelola waktu dan mengendalikan diri untuk tidak sedikit-sedikit update/mengecek postingan di sosial media. Pasti Bisa!! Harus Bisa ^_^!!
4. Sungguh-sungguh MENGURANGI frekuensi bermain gawai, secara BERTAHAP.
Penghentian secara tiba-tiba dan sekaligus, hanya akan menimbulkan reaksi negatif dan penolakan dari ananda. Kurangilah frekuensinya, misal: dari 8 jam sehari, menjadi 6 jam, lalu dikurangi lagi dari 6 jam menjadi 4 jam. Dari 4 jam dikurangi lagi menjadi 2 jam sehari untuk berbagai aktifitas yang melibatkan alat elektronik (gawai, tv, games online, dsb)
5. Sungguh-sungguh mengajak ananda BERSOSIALISASI dengan TEMAN SEBAYA.
Beri ananda motivasi untuk bermain dengan teman sebayanya, kegiatan yang mereka lakukan bisa berkenalan, menyusun balok, bermain lego, bermain bola, kejar-kejaran, dll sehingga ananda lupa dengan gawainya.
6. Sungguh-sungguh memberikan berbagai AKTIFITASTAS MENARIK.
Siapkan berbagai pilihan aktifitas seru di rumah, dapat berupa mencuci mobil dengan ayah, mencuci sepeda dengan bunda, menyiram tanaman dengan kakak, lomba menyusun sepatu di rak, memindahkan bola, atau kegiatan lainnya yang melibatkan seluruh anggota keluarga.
7. Sungguh-sungguh memberikan PENGUATAN POSITIF.
Ketika anak mengurangi sedikit saja aktifitas bersama gawainya, maka kita berikan penguatan positif berupa : pelukan hangat, kecupan di keningnya, seraya berkata bahwa “Ayah bangga lihat kamu tidak main gawai, Ayah senang kita main sama-sama” atau “Ayah bangga, kamu nggak nonton yutub terus, jadi,, kita sering sama-sama” (seraya memeluk ananda)
Atau, acungan jempol seraya berkata: “Kereeenn.. main bareng sama Kakak…”
8. Sungguh-sungguh STERIL DARI GAWAI pada kondisi tertentu.
Tetapkan aturan bersama tentang situasi tanpa gawai di rumah (saat makan malam bersama) atau di kondisi tertentu (saat ke rumah nenek, saat lari pagi bersama, saat akhir pekan, dsb)
9. Sungguh-sungguh TIDAK MEMBERIKAN / MEMBELIKAN GAWAI kepada ananda.
Ananda dalam pantauan orangtua, untuk itu, idealnya, ananda hanya meminjam gawai milik orangtua, sehingga, ada batas waktu dan kendali serta pengawasan atas penggunaan suatu benda (gawai). Ingat… bukan diberikan atau justru dibelikan khusus. ^_^
10. Sungguh-sungguh IKHLASKAN hati MENDAMPINGI ananda melalui proses ini.
Yakinlah Ayah bunda,, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Berlebihan bermain gawai, hingga menjadi candu, efeknya pun tidak baik. Maka bersabar dalam proses “pelepasan gawai” ini, dan tetaplah optimis bahwa ananda kita akan mendapat banyak momen emas dalam usia dininya, sehingga terbangunlah pribadi unggul di masa produktifnya.
Ayah dan Bunda dapat meminta saran ahli apabila penerapan langkah-langkah di atas belum memberikan hasil optimal. Terlebih lagi, bila muncul perilaku agresif atau mengamuk pada ananda saat dijauhkan dari gawainya. Selamat mencoba, semoga Alloh senantiasa membersamai.
#sekolahramahanak
#sekolahinklusi
#bangunbangsa
Belum Ada Komentar